Saat
turun hujan, biasanya Rain akan menikmati derasnya hujan yang jatuh dari langit.
Rain juga pasti akan menyantap makanan ringan favoritenya. Ya, Coklat termasuk
makanan ringan yang akan membantu mengurangi rasa penat yang sering kali Rain
rasakan. Tidak lupa pula dengan novel-novel yang selalu berganti-ganti cover
ditiap minggunya. Rain sangat suka akan hujan. Hingga saat ini, Rain masih
tetap berpendapat bahwa suara hujan yang jatuh kebumi adalah salah satu alunan nada yang indah. Dia
juga percaya, bahwa hidupnya akan seperti hujan. Karna setelah hujan akan ada
banyak warna-warni dilangit teduh membentuk setengah lingkaran dengan indahnya.
Ya sebuah pelangi. Mungkin karna alasan ini lah, orang tuanya memberikan nama
Rain padanya. Karna setelah banyaknya cobaan dalam hubungan orang tua Rain,
mereka diberikan kebahagian oleh tuhan, yaitu seorang putri nan cantik jelita,
indah parasnya, dan selalu ceria.
Namun tidak pada sore ini, aku sengaja
mengunjungi Rain karna aku ingin meminjam buku novel koleksinya. Rain hanya duduk termenung tanpa melakukan
apapun seperti yang sering dia lakukan. Bahkan, aku juga melihat mata Rain
yang berkaca-kaca, sedangkan sekarang kelopak matanya mulai basah. Tak ada
seorang pun yang menemaninya. Terlintas dibenak ku untuk tidak mengganggunya,
ingin rasanya ku biarkan Rain seperti ini dulu untuk beberapa menit,
karna yang aku tahu Rain adalah salah satu siswa, teman, dan gadis yang
sangat ceria. Memang Rain selalu ceria didepan semua orang. Aku ingat sekali,
terakhir kali aku melihatnya sendiri dan menangis seperti ini, saat dia telah
lelah dengan sebuah penungguan dan penantian dari seorang pria yang
memanggilnya “Sayang” namun tanpa adanya sebuah status yang jelas. Rain memang
gadis yang tertutup, bahkan pada ku saja sedikit sekali problem yang dia
ceritakan. Padahal aku adalah teman dekatnya. Mungkin problem yang dia
alami saat ini sangat sulit. Semakin sulit karna dia hanya memendam nya sendiri.
Layaknya problem dengan pria brengsek sebelumnya. Aku kira begitu.
Namun ku urungkan niat itu.
Perlahan aku mulai mendekatinya, mengelus punggunya dan memeluknya dari
belakang. Tubuhnya sangat dingin. Tak mungkin bisa ku biarkan dia lebih lama
lagi dibelakang sini. Aku pun mengajaknya masuk kedalam, ku tinggalkan Rain
sebentar dan membuatkannya secangkir coklat hangat.
“Ini
untuk mu, minum lah dulu, tubuhmu sangat dingin." Aku memberikan secangkir
coklat hangat itu padanya. Rain pun meminum coklat hangat itu.
“Ini
lah akibatnya kalau kamu terlalu sering memendam semuanya sendiri. Berbagilah,
mungkin bisa mengurangi rasa itu walaupun hanya sedikit. Apakah ini semua karna
laki-laki berengsek itu lagi? Jangan gantungkan kebahagiaanmu pada pria yang
tidak bisa menghargaimu.!" Aku mulai
kesal saat mengingat laki-laki itu.
Rain menatap ku sambil tersenyum. Senyum itu lagi, senyum pura-puranya namun terlihat tulus. Mungkin orang lain bisa Rain tipu dengan senyumnya itu, tapi tidak dengan ku.
Rain menatap ku sambil tersenyum. Senyum itu lagi, senyum pura-puranya namun terlihat tulus. Mungkin orang lain bisa Rain tipu dengan senyumnya itu, tapi tidak dengan ku.
“Bukan,
ku pikir aku telah sepenuhnya melupakan laki-laki itu.” Rain mulai angkat
bicara.
“Lalu?
Kalau bukan karenanya, karna apa lagi? Masalah keluarga? Aku rasa tak mungkin.” Aku tahu sekali tentang keluarga Rain, karna kami telah berteman dari
kecil. Aku mengenal dekat kedua orang tua Rain. Mereka baik dan tak ada
masalah sama sekali didalam keluarga mereka.
“Maafkan
aku, karna aku tak pernah menceritakan dia padamu.”
“Dia?
Siapa?”
“Dia
yang telah mencuri hati ku, dia juga yang mengalihkan pikiran ku dari laki-laki
itu dan sibuk mimikirkannya. Tristan” Jawab Rain.
“Tristan?
Bukan kah dia senior kita tahun lalu? Bagaimana bisa.?" Aku masih tak percaya akan ceritanya dan masih terkejut, bagaimana bisa mereka saling mengenal sejauh ini.
“Ntah
lah, aku tak tau kapan, tapi kami sudah kenal cukup lama. Dia yang dulu
menyapaku dengan kata-kata manis melalui pesan singkatnya. Sejak saat itu, dia
mulai memberikan perhatian, perhatian yang seakan-akan membuat aku memang
sangat berharga dimatanya dan aku dianggap ada. Kamu pasti tahu bahwa perempuan
selalu terharu melihat pria yang mau berjuang untuknya. Begitu juga aku.
Pengorbanan kecil nya mampu menyentuh sudut kecil dihatiku. Apalagi aku tak
pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Hanya Tristan yang benar-benar
menunjukkan perjuangannya untuk memdapatkan hati yang telah lelah ini.”
“Lalu?
Kenapa kamu harus menangis? Seharusnya kamu bahagia bukan?”
“Ya
seharusnya memang begitu. Tapi, saat aku mulai berani membuka hati,
menyembuhkan luka lama, luka itu semakin membesar.” Air mata Rain pun semakin
deras.
“Apa?
Jadi dia menyakitimu? Aku kira dia yang terbaik untuk mu, ku kira dia akan
menjaga mu. Tapi ternyata, sama saja! Dimana dia sekarang?!”
Aku yang tak bisa melihatnya menangis pun mulai naik darah. Sungguh, aku tidak mengerti jalan pikir dari seorang pria. Apa maksud mereka dengan perjuangan mengambil hati perempuan bak sang putri dihatinya, namun saat perempuan telah mempercayai itu semua, mereka hempas begitu saja dengan bulus?! Ya, memang aku juga adalah seorang pria. Tapi, aku tidak akan melakukan hal sekeji itu. Apa lagi pada seorang gadis ceria dan manis yang sekarang berada didepanku sambil menangis karna orang lain.
Rain menarik lengan ku untuk duduk kembali, seolah dia menginginkan ku untuk mendengarkan ceritanya lebih banyak. Sebanyak yang telah dia pendam sendiri. Seperti dia tak sanggup lagi untuk memendam itu semua.
Aku yang tak bisa melihatnya menangis pun mulai naik darah. Sungguh, aku tidak mengerti jalan pikir dari seorang pria. Apa maksud mereka dengan perjuangan mengambil hati perempuan bak sang putri dihatinya, namun saat perempuan telah mempercayai itu semua, mereka hempas begitu saja dengan bulus?! Ya, memang aku juga adalah seorang pria. Tapi, aku tidak akan melakukan hal sekeji itu. Apa lagi pada seorang gadis ceria dan manis yang sekarang berada didepanku sambil menangis karna orang lain.
Rain menarik lengan ku untuk duduk kembali, seolah dia menginginkan ku untuk mendengarkan ceritanya lebih banyak. Sebanyak yang telah dia pendam sendiri. Seperti dia tak sanggup lagi untuk memendam itu semua.
“Terima
kasih Al. Kau teman ku yang sangat peduli. Tapi dia sama sekali tidak
bersalah. Aku menangis karna aku takut dia akan melupakan ku, aku takut aku tak
mampu memendam rasa rindu ku padanya. Aku takut, kelak aku selalu berfikir
negative tentang semua yang dia lakukan disana. Lebih tepatnya aku takut akan
waktu dan jarak. Jarak selalu jadi peran antagonis. Dia jahat, dia menyiksa!
Dia juga yang kelak akan membuat hubungan ku dengan Tristan tak semulus yang
kuharapkan.” Tangis Rain semakin menjadi-jadi.
“Tenang
lah Rain, kau hanya perlu berfikir positif. Percayalah padanya, kunci untuk
menjalani hubungan seperti ini hanya lah kepercayaan dan saling menjaga
kepercayaan itu. Aku yakin kamu bisa.” Aku pun mulai menarik tubuhnya ke pelukkanku. Memeluk dirinya dan memberikan kehangatan, agar dia
sedikit lebih tenang. Pelukan yang sering ku berikan padanya sejak kecil saat dia menangis.
“Tapi,
bagaimana dengan rindu? Apakah rindu bisa ditahan? Yang aku tau tidak ada rindu
yang tidak menyiksa. Rindu pasti menyiksa siapapun yang merasakannya. Termasuk
aku. Pasti! Aku ragu untuk meneruskan hubungan ini." Tangis Rain semakin menjadi-jadi. Dadaku mulai terasa panas karna tetesan air matanya.
“Ya,
aku tau itu. Maka dari itu kamu harus selalu berdoa, agar kepercayaan dan
kesetiaan kalian tidak akan pernah dikalahkan hanya karna jarak dan rindu. Setiap
waktu pasti memiliki kejutan yang baru. Jangan takut suatu saat kamu akan
bahagia. Tuhan sudah mempersiapkan semuanya.” Untuk beberapa menit Rain masih tetap menangis dipelukanku, sampai akhirnya dia mulai tenang.
Aku yakin sekarang Rain sudah tenang, aku yakin karna senyumnya dan tawanya itu. Ya walaupun aku bisa melihat dengan jelas, bahwa
dihatinya, dia masih takut akan semua itu. Aku pun juga yakin, esok hari disekolah,
tak akan ada yang mengetahui bahwa Rain menangis, atau malah mereka tak pernah
percaya bahwa perempuan seperti Rain pernah menangis. Aku sangat takjub
dengan ketegaran dan sifat yang dia miliki ini. Mungkin, ini lah salah satu sebab yang menjadikan Rain gadis istimewah dimataku. Ntah lah bagaimana dengan pria lain.
*Bersambung*
*Tolong berika komentar, agar pengarang bisa menjadi lebih baik untuk kedepannya :)
* Berikan juga ThumbsUp, Like atau (y) kalian. Apabila banyak yang menyukai cerita ini, maka pengarang akan meneruskan cerita ini. Terima Kasih sudah berkunjung :)


