Senin, 11 November 2013

RAIN

   Saat turun hujan, biasanya Rain akan menikmati derasnya hujan yang jatuh dari langit. Rain juga pasti akan menyantap makanan ringan favoritenya. Ya, Coklat termasuk makanan ringan yang akan membantu mengurangi rasa penat yang sering kali Rain rasakan. Tidak lupa pula dengan novel-novel yang selalu berganti-ganti cover ditiap minggunya. Rain sangat suka akan hujan. Hingga saat ini, Rain masih tetap berpendapat bahwa suara hujan yang jatuh kebumi  adalah salah satu alunan nada yang indah. Dia juga percaya, bahwa hidupnya akan seperti hujan. Karna setelah hujan akan ada banyak warna-warni dilangit teduh membentuk setengah lingkaran dengan indahnya. Ya sebuah pelangi. Mungkin karna alasan ini lah, orang tuanya memberikan nama Rain padanya. Karna setelah banyaknya cobaan dalam hubungan orang tua Rain, mereka diberikan kebahagian oleh tuhan, yaitu seorang putri nan cantik jelita, indah parasnya, dan selalu ceria.

   Namun tidak pada sore ini, aku sengaja mengunjungi Rain karna aku ingin meminjam buku novel koleksinya.  Rain hanya duduk termenung tanpa melakukan apapun seperti yang sering dia lakukan. Bahkan, aku juga melihat mata Rain yang berkaca-kaca, sedangkan sekarang kelopak matanya mulai basah. Tak ada seorang pun yang menemaninya. Terlintas dibenak ku untuk tidak mengganggunya, ingin rasanya ku biarkan Rain seperti ini dulu untuk beberapa menit, karna yang aku tahu Rain adalah salah satu siswa, teman, dan gadis yang sangat ceria. Memang Rain selalu ceria didepan semua orang. Aku ingat sekali, terakhir kali aku melihatnya sendiri dan menangis seperti ini, saat dia telah lelah dengan sebuah penungguan dan penantian dari seorang pria yang memanggilnya “Sayang” namun tanpa adanya sebuah status yang jelas. Rain memang gadis yang tertutup, bahkan pada ku saja sedikit sekali problem yang dia ceritakan. Padahal aku adalah teman dekatnya. Mungkin problem yang dia alami saat ini sangat sulit. Semakin sulit karna dia hanya memendam nya sendiri. Layaknya problem dengan pria brengsek sebelumnya. Aku kira begitu. 

   Namun ku urungkan niat itu. Perlahan aku mulai mendekatinya, mengelus punggunya dan memeluknya dari belakang. Tubuhnya sangat dingin. Tak mungkin bisa ku biarkan dia lebih lama lagi dibelakang sini. Aku pun mengajaknya masuk kedalam, ku tinggalkan Rain sebentar dan membuatkannya secangkir coklat hangat. 
“Ini untuk mu, minum lah dulu, tubuhmu sangat dingin." Aku memberikan secangkir coklat hangat itu padanya. Rain pun meminum coklat hangat itu. 
“Ini lah akibatnya kalau kamu terlalu sering memendam semuanya sendiri. Berbagilah, mungkin bisa mengurangi rasa itu walaupun hanya sedikit. Apakah ini semua karna laki-laki berengsek itu lagi? Jangan gantungkan kebahagiaanmu pada pria yang tidak bisa menghargaimu.!" Aku  mulai kesal saat mengingat laki-laki itu.

   Rain menatap ku sambil tersenyum. Senyum itu lagi, senyum pura-puranya namun terlihat tulus. Mungkin orang lain bisa Rain tipu dengan senyumnya itu, tapi tidak dengan ku. 
“Bukan, ku pikir aku telah sepenuhnya melupakan laki-laki itu.” Rain mulai angkat bicara.
“Lalu? Kalau bukan karenanya, karna apa lagi? Masalah keluarga? Aku rasa tak mungkin.” Aku tahu sekali tentang keluarga Rain, karna kami telah berteman dari kecil. Aku mengenal dekat kedua orang tua Rain. Mereka baik dan tak ada masalah sama sekali didalam keluarga mereka. 
“Maafkan aku, karna aku tak pernah menceritakan dia padamu.”
“Dia? Siapa?”
“Dia yang telah mencuri hati ku, dia juga yang mengalihkan pikiran ku dari laki-laki itu dan sibuk mimikirkannya. Tristan” Jawab Rain.
“Tristan? Bukan kah dia senior kita tahun lalu? Bagaimana bisa.?" Aku masih tak percaya akan ceritanya dan masih terkejut, bagaimana bisa mereka saling mengenal sejauh ini.
“Ntah lah, aku tak tau kapan, tapi kami sudah kenal cukup lama. Dia yang dulu menyapaku dengan kata-kata manis melalui pesan singkatnya. Sejak saat itu, dia mulai memberikan perhatian, perhatian yang seakan-akan membuat aku memang sangat berharga dimatanya dan aku dianggap ada. Kamu pasti tahu bahwa perempuan selalu terharu melihat pria yang mau berjuang untuknya. Begitu juga aku. Pengorbanan kecil nya mampu menyentuh sudut kecil dihatiku. Apalagi aku tak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. Hanya Tristan yang benar-benar menunjukkan perjuangannya untuk memdapatkan hati yang telah lelah ini.”
“Lalu? Kenapa kamu harus menangis? Seharusnya kamu bahagia bukan?”
“Ya seharusnya memang begitu. Tapi, saat aku mulai berani membuka hati, menyembuhkan luka lama, luka itu semakin membesar.” Air mata Rain pun semakin deras.
“Apa? Jadi dia menyakitimu? Aku kira dia yang terbaik untuk mu, ku kira dia akan menjaga mu. Tapi ternyata, sama saja! Dimana dia sekarang?!” 
Aku yang tak bisa melihatnya menangis pun mulai naik darah. Sungguh, aku tidak mengerti jalan pikir dari seorang pria. Apa maksud mereka dengan perjuangan mengambil hati perempuan bak sang putri dihatinya, namun saat perempuan telah mempercayai itu semua, mereka hempas begitu saja dengan bulus?! Ya, memang aku juga adalah seorang pria. Tapi, aku tidak akan melakukan hal sekeji itu. Apa lagi pada seorang gadis ceria dan manis yang sekarang berada didepanku sambil menangis karna orang lain.

   Rain menarik lengan ku untuk duduk kembali, seolah dia menginginkan ku untuk mendengarkan ceritanya lebih banyak. Sebanyak yang telah dia pendam sendiri. Seperti dia tak sanggup lagi untuk memendam itu semua.
“Terima kasih Al. Kau teman ku yang sangat peduli. Tapi dia sama sekali tidak bersalah. Aku menangis karna aku takut dia akan melupakan ku, aku takut aku tak mampu memendam rasa rindu ku padanya. Aku takut, kelak aku selalu berfikir negative tentang semua yang dia lakukan disana. Lebih tepatnya aku takut akan waktu dan jarak. Jarak selalu jadi peran antagonis. Dia jahat, dia menyiksa! Dia juga yang kelak akan membuat hubungan ku dengan Tristan tak semulus yang kuharapkan.” Tangis Rain semakin menjadi-jadi.

“Tenang lah Rain, kau hanya perlu berfikir positif. Percayalah padanya, kunci untuk menjalani hubungan seperti ini hanya lah kepercayaan dan saling menjaga kepercayaan itu. Aku yakin kamu bisa.” Aku pun mulai menarik tubuhnya ke pelukkanku. Memeluk dirinya dan memberikan kehangatan, agar dia sedikit lebih tenang. Pelukan yang sering ku berikan padanya sejak kecil saat dia menangis.
“Tapi, bagaimana dengan rindu? Apakah rindu bisa ditahan? Yang aku tau tidak ada rindu yang tidak menyiksa. Rindu pasti menyiksa siapapun yang merasakannya. Termasuk aku. Pasti! Aku ragu untuk meneruskan hubungan ini." Tangis Rain semakin menjadi-jadi. Dadaku mulai terasa panas karna tetesan air matanya.
“Ya, aku tau itu. Maka dari itu kamu harus selalu berdoa, agar kepercayaan dan kesetiaan kalian tidak akan pernah dikalahkan hanya karna jarak dan rindu. Setiap waktu pasti memiliki kejutan yang baru. Jangan takut suatu saat kamu akan bahagia. Tuhan sudah mempersiapkan semuanya.” Untuk beberapa menit Rain masih tetap menangis dipelukanku, sampai akhirnya dia mulai tenang.
   Aku yakin sekarang Rain sudah tenang, aku yakin karna senyumnya dan tawanya itu. Ya walaupun  aku bisa melihat dengan jelas, bahwa dihatinya, dia masih takut akan semua itu. Aku pun juga yakin, esok hari disekolah, tak akan ada yang mengetahui bahwa Rain menangis, atau malah mereka tak pernah percaya bahwa perempuan seperti Rain pernah menangis. Aku sangat takjub dengan ketegaran dan sifat yang dia miliki ini. Mungkin, ini lah salah satu sebab yang menjadikan Rain gadis istimewah dimataku. Ntah lah bagaimana dengan pria lain.


                                                   *Bersambung*
      *Tolong berika komentar, agar pengarang bisa menjadi lebih baik untuk kedepannya :)
      * Berikan juga ThumbsUp, Like atau (y) kalian. Apabila banyak yang menyukai cerita ini, maka pengarang akan meneruskan cerita ini. Terima Kasih sudah berkunjung :)   






3 komentar:

  1. Keren ndah :) Tapi aku mau nanyo, pemeran utamanyo tu Aku atau Rain? hehe
    Oh yo aku jg mau saranin, tolong ndah toloong nian endingnyo jangan Aku dan Rain jadi saling jatuh cinta dan jangan sampeee nian mereka friendzone. Kalo idak, aku dak mau baco lagi sambungannyo :')
    *trauma dikit samo yg namonyo sahabat lawan jenis haha*

    BalasHapus
  2. Hehe becando ndah becandooo, jangan dimasukin ke hati :D

    BalasHapus